Its still about my
day...
Tepat minggu
ini yang jatuh pada bulan ini adalah jatahnya long weekend. Gak kemana-mana sih, cuma ngabisin nonton drakor,
makan, tidur, beres-beres rumah dan begitu aja terus kegiatannya #monoton banget
ya gak sih???
Beberapa
malam yang lalu, Pak’e datangdengan wajah muramnya. Entahlah pertanda apa...
tapi berasa beban jadinya karena sudah hampir setengah tahun tak
mengunjunginya. Hmmm... mungkin beliau minta dijenguk kali ya??? Karena biasanya
aku selalu rutin untuk tidak absen mengunjunginya dalam sebulan. Really sorry Dad.
Meski Pak’e
sudah lebih dari 1 dasawarsa kembali ke pemilikNya, tapi rasanya baru sebentar
perginya. Yuppp... hari-hariku memang lebih berat saat tak lagi ditemaninya. Menjadi
remaja hingga mendewasa tanpa kehadirannya padahal ketergantunganku terhadapnya
hampir sama beratnya dari efek zat adiktif pada orang yang mencandunya. Sebelumnya
biar aku throwback 13 tahun lalu.
Allah
menitipkanku sama sepasang manusia yang luar biasa indahnya, ya mereka sering
kusebut Mama dan Pak’etiap harinya. Kedua orang yang tak pernah absen
mencurahkan doanya, tak pernah lelah membahagiakan hari-hari saya sebagai
titipanNya, tak pernah meminta balas atas apa yang telah dilakukannya untuk
saya, dan selalu menjadikan saya sebagai permata dan berlian dalam
kehidupannya.
13 tahun
semua hari-hari kulalui tanpa rasa sedih bahkan sedikitpun merasa kurang
kesehariannya. Hingga akhirnya tepat apda tanggal 31 Desember 2003, Pak’e yang
selalu menjadi guru, menjadi real
superhero ku, harus kembali menghadapNya. Beliau pergi karena Arteroschelerosis yang dideritanya. Hidupku
berotasi, tidak banyak memang, tapi efeknya sungguhlah luar biasa. Hidup dan
dan tumbuh menjadi remaja hingga mendewasa dengan absen keberadaannya tidaklah
mudah. Tapi Allah menitipkan satu wanita luar biasa sepeninggalnya. Yaa...
dialah Mama yang merangkap jabatan menajdi kepala keluarga di keluargaku
sepeninggal Pak’e. Tak pernah mengeluh, kerja keras, selalu berusaha yang
terbaik, tegas, disiplin, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang luar biasa
dalam kehidupanku.
Pak’e memang
sudah tak lagi bersama dalam hidup yang nyata tapi aku tak pernah absen
mengunjunginya dan mendoakannya. Berharap saat di hari kekal nantinya kita tak
lagi merasakan pedihnya perpisahan. Dulu... saat sebelum dan sesudah ujian di
sekolah tanpa absen aku mengunjunginya. Kegiatan rutin yang tak pernah aku
tinggalkan. Bahkan sesudah sidang hingga sehabis wisudapun aku mengunjunginya. Menyampaikan
laporan padanya bahwa aku masih tetap menjalankan keinginan sesuai janjinya.
Ya.... dulu
aku pernah mengikat janji padanya di hari terakhirnya, bahwa aku akan menjadi
sarjana seperti yang ia lakukan pada kedua kakakku yang lebih dulu menjadi
kebanggaannya. Aku memang terpaut jauh usianya dengan kedua kakakku. Jadilah aku
menjadi tumpuan harapannya sehingga tepat di hari kebersamaan kami beliau
memintaku untuk berjanji menjadi sarjana entah bagaimanapun caranya.
Dannnn....
alhamdulillah berkat dengan kuasa Allah aku bisa menunaikannya. Pak’e seorang
lelaki yang visionaris, tegas, disiplin, ulet, namun tetap humoris dan hangat
dalam kesehariannya benar-benar amat kurindukan saat ini, tak hanya saat ini
sih tapi dari dulu sampai sekarang. Entahlah... meski kami beda dunia, meski
kami beda tanggungjawab lagi, meski kami tak lagi bisa memeluk satu sama lain,
dan meski kami tak lagi saling bertatap muka tapi aku percaya bahwa beliau
melihatku disini dari arsyNya. Aku benar-benar
merindukanmu Pah....
Semua yang
kukenal dan menyayangiku sepeninggalnya, satu persatu telah kembali menuju
penciptaNya tanpa sempat aku membalas pengorbanan dan kasih mereka. Aku mengadukannya
pada Pak’e berharap dia mendengarnya dan memelukku perlahan seraya berkata, “Allah lebih menyayangi mereka nak, Allah
kelak memberimu pengganti yang terbaik yang telah disiapkanNya tanpa pernah kau
duga. Karena sekiranya sudah takdir alam bahwa akan ada yang pergi dan ada yang
datang menggantikannya. Tak usah sedih, karena Pak’e tak kan meninggalkanmu
seperti mereka.” Meski tak bisa menjadi nyata, tapi aku percaya bahwa
beliau juga akan melakukan hal yang sama seperti imaginasiku saat mendengar
kisah anak gadis satu-satunya yang menjadi kesayangannya. Anna uhibbuka fillah Pak’e